Jumat, 27 Juli 2012

Orphan: Another Evil Kid Story

Film thriller dengan tema anak-anak jahat sepertinya masih menjadi salah satu produksi favorit Hollywood. Sejak kesuksesan trilogi The Omen, anak-anak iblis atau anak-anak dengan gangguan kesehatan mental berkeliaran di layar perak. Orphan (2009) termasuk salah satu film yang mengangkat tema ini. Sayangnya, film yang juga diproduksi oleh Appian Way Production, rumah produksi milik Leonardo DiCaprio ini menurut saya hanyalah psychological thriller lainnya yang tidak mampu membuat kesegaran baru dalam genre ini.

Dikisahkan, pasangan suami-istri John (Peter Sarsgaard) dan Kate Coleman (Vera Farmiga) berencana mengadopsi seorang anak perempuan yang lebih besar untuk menemani anak perempuan mereka yang masih kecil, Max (Aryana Engineer). Max merupakan penderita tuna rungu sejak lahir, ia sangat menginginkan kehadiran saudara perempuan untuk menemaninya. Setelah mendatangi sebuah panti asuhan, John dan Kate jatuh hati melihat kedewasaan dan kesempurnaan Esther (Isabelle Fuhrman). Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengadopsi Esther tanpa ragu, bahkan setelah mendengar penjelasan dari kepala panti asuhan bahwa Esther telah mengalami berbagai hal yang cukup berat untuk anak seusianya. Keluarga yang mengadopsi Esther sebelumnya tewas dalam musibah kebakaran, dan Esther adalah satu-satunya korban selamat.

Kedatangan anggota keluarga baru Coleman rupanya tidak disambut begitu baik oleh semua orang. Daniel (Jimmy Bennett), anak pertama John dan Kate sama sekali tidak suka pada Esther yang dianggapnya sangat aneh, mulai dari cara berpakaian, berbicara, makan, bergaul, dan lain-lain. Tetapi hal serupa tidak terjadi dengan Max, sebab ia memang merindukan adanya saudara perempuan. Dalam waktu singkat, mereka menjalin hubungan yang sangat erat. Keganjilan demi keganjilan mulai berdatangan menghampiri keluarga Coleman, dan satu-satunya yang menyadari bahwa Esther terlibat di baliknya hanyalah Kate. Namun, tak ada yang mempercayainya, justru keluarga Coleman lainnya menuduh Kate telah kembali menjadi pecandu minuman alkohol dan menjadi stress. Memang, tokoh Kate disini digambarkan sebagai seorang ibu yang mengidap depresi akibat kematian seorang anak dalam kandungannya. Ia kemudian menjatuhkan hidupnya pada minuman keras. Namun itu semua telah berakhir, ia telah membuat tekad hidup baru bersama keluarganya saat ia memutuskan untuk mengadopsi anak.


Jalan cerita selanjutnya tentu Anda sudah bisa menebak, orang-orang di sekitar keluarga Coleman satu-persatu menjumpai nasib tragis, dan Kate yang berjuang sendirian untuk membuktikan bahwa Esther adalah dalang di balik semua itu justru terpuruk dan tak dipercaya. Hingga datang sebuah bukti yang mengungkap identitas sebenarnya Esther, alur cerita ini bisa dibilang membosankan dan penonton dapat menebak apa yang akan terjadi setelahnya. Sepanjang jalan cerita, Orphan seperti berusaha mati-matian menunjukkan bahwa ia bukanlah film thriller biasa. Beberapa kali, film besutan sutradara Jaume Collet-Serra (House of Wax, Unknown) ini mengecoh penonton dalam adegan-adegan yang lumrah dijumpai di film horror pasaran, seperti saat pintu kulkas ditutup, tidak ada siapapun dengan wajah pucat mengagetkan atau pada saat adegan dalam ruang gelap, dan tokoh yang sedang diburu berbalik menghadap ke belakang namun tak menemukan adanya penjahat yang menunggu untuk menghabisinya. Namun, usaha tersebut sepertinya sama besar dengan kegagalan Orphan untuk menyajikan cerita baru yang kreatif. Film ini sangat mirip dengan Joshua (2007), di mana Farmiga juga mengambil bagian di dalamnya, bahkan untuk peran yang sama persis (ibu yang mengalami depresi). Selain itu, poster dua film ini juga hampir sama, menampilkan wajah anak jahatnya dalam ukuran besar. Bedanya, kejahatan Joshua lebih bersifat psikis, sementara Esther benar-benar freak, ia mampu menghabisi nyawa orang dengan tangannya.


Penampilan Farmiga dalam film ini menurut saya tidak sebaik dalam Joshua. Farmiga tampak seperti seorang jagoan sejati dalam film-film laga tanpa menyadari bahwa karakter Kate sesungguhnya masih memiliki sisa-sisa depresi di dalam palung jiwanya. Performa medioker menurut saya juga dibawakan Sarsgaard, bahkan saya agak sedikit terganggu dengan gaya bicaranya yang terlalu santai dan intonasi suara yang datar di saat tensi sedang menegang. Fuhrman menjadi bintang dalam film ini, ia cukup baik menempatkan dirinya sebagai gadis cilik dengan mimik kaku dan tenang namun sewaktu-waktu dapat meledakkan teriakan yang penuh tekanan.

Bagi Anda yang belum menonton Orphan tetapi telah menonton beberapa psychological thriller sejenis sebelumnya, jangan mengharapkan Anda mendapatkan sensasi menonton "wow" atau ketegangan yang memicu adrenalin, sebab Anda pasti dapat menebak jalan ceritanya. This is just another evil kid story, no more no less. It's 2 out of 5 stars for me. Ada yang punya komentar?

Watch this if you liked:


Director: George Ratliff
Stars: Sam Rockwell, Vera Farmiga, Jacob Kogan
Genre: Drama, Horror, Thriller
Runtime: 106 minutes

Joshua Cairn (Jakob Kogan), seorang anak aneh yang ingin menyingkirkan semua keluarganya, termasuk ayah dan ibunya yang sebenarnya sangat mencintai dirinya...


Director: Richard Donner
Stars: Gregory Peck, Lee Remick, Harvey Stephens
Genre: Horror, Mystery
Runtime: 111 minutes

Damien adalah anak angkat Robert Thorn (Gregory Peck), seorang duta besar Amerika untuk Italia dan istrinya Katherine (Lee Remick). Katherine sendiri tidak mengetahui bahwa Damien bukanlah anak kandungnya, sebab setelah melahirkan ternyata sang bayi langsung meninggal (stillbirth), tetapi kemudian atas tawaran seorang pendeta rumah sakit (Tommy Duggan), Robert mengadopsi bayi laki-laki yatim piatu yang lahir pada hari itu, 6 Juni dan jam yang sama dengan kelahiran anak kandungnya, pukul 6 pagi...

3 komentar:

  1. serem neh film, twistnya cerdas tapi nyeremin. padahal biasa nonton disturbing film tapi yang beginian malah serem Sinopsis Film, Review Film, Resensi Film, Cerita Film

    BalasHapus
  2. Di film ini saya juga agak terganggu dengan akting kedua ortu angkatnya Esther. Ending nya juga kurang gigit. Tapi saya terkesan dengan akting dan busana anehnya Esther. Pengen nonton lagi.. :D

    Yang Joshua belon nonton...

    BalasHapus
  3. aku mah malah suka banget sama film ini, ga bosenin, pertama kali nonton malah ga ketebak sama sekali endingnya bahwa Esther tuh begitu.. kukira dia cuma anak2 yang kerasukan iblis atau semacamnya, ternyata she's not a girl, at all. aku nonton ini ada kali lebih dari 6 kali, saking sukanya wkwkwk. MALAH BAKAL ADA SEQUELNYA KAN!! wuhuuu kayak apa yaaa, secara Isabelle Furhman udah gede sekarang, sementara Esther itukan wanita yang punya kelainan di fisiknya, hmmm ga sabar!!!

    BalasHapus