Jumat, 23 Juli 2010

Kerikil Tajam dan Yang Teraniaya dan Yang Terlupakan

Hari ini, 23 Juli, telah ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional (HAN) sejak tahun 1986 silam. Pada tahun 2010 ini, peringatan HAN bertemakan "ANAK INDONESIA BELAJAR UNTUK MASA DEPAN" dengan subtema "KAMI ANAK INDONESIA, JUJUR, BERAKHLAK MULIA, SEHAT, CERDAS DAN BERPRESTASI".

Tema yang dipilih oleh Kemendiknas menurut saya memang sangat tepat ditengah gunjang-ganjing masalah moral bangsa yang menerpa negeri ini. Kasus video asusila yang melibatkan public figure telah menyeret anak-anak di bawah umur ke dalam kasus-kasus di luar dugaan, seperti maraknya pemerkosaan, ramainya aktivitas pengunduhan materi porno di kalangan pelajar, hingga pergaulan bebas yang benar-benar tidak merefleksikan adat ketimuran Indonesia.

Suatu kali, saya pernah menonton suatu acara di stasuin TV lokal yang mewawancarai remaja tentang pentingnya virginitas di kalangan wanita, dan yang mengejutkan adalah mereka menjawab dengan setengah hati dengan mengatakan virginitas itu penting-nggak penting. Sungguh sebuah jawaban yang menvcerminkan perubahan pergaulan masa kini. Saya jadi ingin tahu, sebenarnya secara statistic, berapa remaj Indoneisa yang belum melakukan hubungan seksual, bukan yang sudah melakukan hubungan seksual!

Kembali pada HAN, menurut saya yang paling perlu diberi perhatian utama adalah anak-anak jalanan, karena sering saya menemui anak-anak di jalan yang memiliki mind set yang salah tentang anak-anak. Banyak di antara mereka bilang bahwa mereka tidak butuh sekolah, hanya butuh sesuap nasi dan nafkah untuk bertahan hidup. Nah, kalau sudah begitu siapa yang mau bertanggung jawab dari banyaknya kemiskinan dan penganggurang yang ada di Indonesia, lha wong banyak anak-anaknya yang di jalan dan emoh sekolah...! Itu menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia begitu banyak menghadapi kerikil tajam, dan menjadikannya "Yang Teraniaya dan Yang Terlupakan".

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah akses pendidikan dan kesehatan yang masih kerap kali diskriminatif, terutama pada anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

Telah menjadi suatu pekerjaan besar bagi kita semua, bangsa Indonesia, terutama para orang tua dan perumus kebijakan untuk menciptakan suatu asupan moral yang penting bagi putra-putri bangsa. Pendidikan moral perlu ditanamkan kepada anak sejak kecil, dan diperlukan dukungan dari kebijakan yang mengaturnya. Dengan begitu, cita-cita anak Indonesia yang jujur, berakhlak mulia, sehat, cerdas dan berprestasi akan terwujud. Kita semua perlu mengasah diri agar nurani kita tidak tumpul dalam memerhatikan anak bangsa. Mari bersinergi melindungi anak Indonesia !

Ada yang punya komentar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar