Kamis, 01 Juli 2010

Mendelik Togel

Sebagai sebuah unsanctioned institution, perjudian merupakan lembaga sosial yang kehadirannya ditolak oleh masyarakat, namun masyarakat itu sendiri tidak memiliki kemampuan dalam menghilangkannya, melainkan hanya sebatas meminimalisirnya saja. Perjudian di Indonesia memiliki catatan sejarah yang panjang, mulai sejak zaman penjajahan Belanda hingga perjudian masa kini yang memiliki sistem lebih modern. Tengok http://misc.feedfury.com/content/19459303-dari-porkas-sampai-sdsb.html untuk melihat sejarah perjudian untuk lebih jelasnya.

Perjudian pada umumnya tumbuh dan berkembang secara tidak terencana. Judi toto gelap (togel) misalnya, timbul secara berangsur-angsur yang diawali tahun 1986 dengan munculnya Tanda Sumbangan Sosial Sumbangan Berhadiah (TSSB) dan Porkas, yang merupakan tebak-tebakan dalam pertandingan olahraga. Baik TSSB maupun Porkas termasuk kategori toto resmi yang dilegalisir pemerintah lewat Yayasan Dana Bakti Kesejahteraan Sosial (YDBKS). Keduanya kemudian ditutup pada 25 november 1993 setelah terjadi demostrasi besar-besaran masyarakat dan mahasiswa di gedung DPR RI Jakarta. Setelah itu, muncul berbagai ragam permainan tebak angka yang tak berizin atau biasa disebut toto gelap (togel). Sejak saat itulah perang melawan togel digenderangkan, namun tak bisa benar-benar ditumpas, sama halnya dengan prostitusi.

Eksistensi togel yang kuat meski telah ada upaya untuk memberantasnya menandakan bahwa togel memiliki daya tahan, bahkan tetap berkembang di masyarakat. Perkembangan togel menembus segala batas kelas sosial, bahkan tingkat ekonomi. Tak jarang ditemukan penjudi togel berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas.

Sebenarnya, ada banyak penyebab terseretnya seseorang ke arena meja judi. Yang paling umum adalahingin cepat kaya tanpa terlalu banyak kerja keras. Bagi kalangan menengah atas, motif berjudi togel dapat berupa hobi, tambah kekayaan, mengisi waktu luang, dan sebagainya. Bagi kalangan menengah bawah, sebagian besar motifnya adalah faktor struktural, yaitu ingin mengubah nasib secara instan menjadi orang kaya. Di kalangan ini, terbentuk pola pikir bahwa mereka sudah bekerja keras banting tulang, tapi tak kunjung ada perbaikan. Selain itu, berkembangnya judi togel juga karena aparatur yang berwenang hanya bertindak sebagai "anastesi", alias obat penahan rasa sakit. Maksudnya, setelah ditangkap, tak jarang penjudi togel kemudian diperkenalkan dengan permainan birokrasi yang busuk, suap sana-suap sini, keluarlah sang togelman dan kembali menjadi pengedar kupon togel.

Dalam konteks yang lebih luas (secara makro), maraknya togel di masayarakat (khusunya kalangan ekonomi bawah) adalah sebuah cermin dari gagalnya para politisi dalam membangun image positif di hadapan masyarakat. Banyak di antara mereka yang tidak menghargai kerja keras dan disiplin untuk meraih kesuksesan dengan menjadi aktor politik yang ingin kaya dan memiliki kekuasaan namun miskin prestasi. Para politisi tersebut secara tidak langsung telah menjadi contoh yang tidak baik bagi masyarakat. Kultur kerja keras dan disiplin tidak lagi banyak berlaku di masyarakat.

Maka dari itu, perjudian togel adalah satu hal yang perli kita perangi bersama. Ada banyak cara melakukannya, mulai dari diri sendiri dengan menumbuhkan etos kerja yang tinggi hingga dengan memknai UU no. 7 Tahun 1994 tentang Perjudian.

Semoga kita berhasil.

Ada yang punya komentar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar