Kamis, 24 November 2011

Rain Man: Big Bro Will Never Bring You Down

I just realized I'm not pissed off anymore. My father cut me out of his will. You probably knew he tried to contact me over the years. I never called him back. I was a prick. If he was my son and didn't return my calls, I'd have written him out. But it's not about the money anymore. You know, I just don't understand. Why didn't he tell me I had a brother? Why didn't anyone ever tell me that I had a brother? Because it'd have been nice to know him for more than just the past six days.

Kata-kata itu mengalir dari bibir Charlie Babbitt (Tom Cruise) ketika ia menyadari bahwa selama ini tidak pernah ada orang yang tidak menyayanginya. Bahkan, ayahnya yang ia kira membenci dan membuangnya tanpa meninggalkan harta warisan ketika meninggal, ternyata rela menyisihkan Charlie dari sang kakak Raymond (Dustin Hoffman) yang mengidap autisme karena ia takut Raymond akan menyakiti Charlie. Padahal, ayahnya juga menyayangi Raymond, namun ia terpaksa menitipkan Raymond ke sebuah panti rehabilitasi bagi penyandang autisme. Itulah sepenggal kisah dari film Rain Man (1988).

Sayangnya, kasih sayang sang ayah baru disadari Charlie di saat-saat akhir pertemuan (sekaligus perjalanan) dengan Raymond yang ternyata sangat jenius. Sebelumnya, ia hanya ingin memanfaatkan hak asuh Raymond agar ia mendapatkan sebagian harta warisan yang ditinggalkan ayahnya untuk Raymond. Bahkan, Charlie sempat memanfaatkan Raymond yang sangat pandai dan cepat menghitung dalam permainan judi di Las Vegas.

Ketamakkan Charlie akan harta warisan perlahan-lahan tergantikan dengan rasa kasih sayang terhadap seorang kakak yang sekian lama dipisahkan darinya. Ia sangat menyesalkan mengapa selama ini tidak ada seorangpun memberitahunya bahwa ia memiliki kakak. Satu-satunya kenangan masa kecil Charlie adalah kisah tentang Rain Man, yang ia kira hayna dongeng, namun ternyata Rain Man adalah panggilan Charlie pada Raymond sewaktu ia kecil.

Film arahan sutradara Barry Levinson (Sleepers, Wag the Dog) ini memiliki alur cerita yang cukup lambat dengan banyak adegan perjalanan melintasi jalan antarnegara bagian AS (saya sangat menyukai gambar-gambar dalam adegan ini, dengan latar dataran luas AS yang terkadang dijumpai padang pasir, bukit gersang, dan jalan mulus yang sangat sepi). Satu hal yang memukau saya dari awal hingga akhir film adalah penampilan Dustin Hoffman yang sangat terlihat natural sebagai orang penyandang autis. Tak heran Hoffman mendapatkan anugerah Oscar untuk kategori pemeran utama terbaik. Levinson sendiri juga dianugerahi sutradara terbaik, dan film ini diganjar Oscar untuk kategori film terbaik 1989.

I like having you for my big brother, begitulah yang Charlie katakan pada Raymond. Ya, ikatan saudara memang tak akan pernah hilang sekalipun belum pernah bertemu sebelumnya. Ada rasa khusus yang akan membuat dua orang saudara selalu merasa terhubung satu sama lain. Itulah pelajaran yang saya tangkap dari film ini. For me, it's 3 of 5 stars. Ada yang punya komentar?


Watch this if you liked:

I Am Sam (2001)

Director: Jessie Nelson
Stars: Sean Penn, Michelle Pfeiffer, Dakota Fanning
Genre: Drama
Runtime: 132 minutes


Director: Jim Sheridan
Stars: Daniel Day-Lewis, Brenda Fricker, Alison Whelan
Genre: Biography, Drama
Runtime: 103 minutes

Christy Brown (Day-Lewis) dilahirkan dengan komplikasi masalah kesehatan yang menyebabkan disfungsi pada bagian tubuh kanannya. Keluarga Brown merupakan keluarga miskin yang memiliki cukup banyak anak. Paddy Brown (Ray McAnally), sang kepala keluarga hanyalah pekerja rendahan yang gemar mabuk dan agak tempramental. Ia mengabaikan kehadiran Christy pada awal kelahirannya karena malu memiliki anak cacat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar