Apa jadinya jika malaikat pencabut nyawa yang identik dengan segala hal berbau kematian, kesuraman, dan kegelapan ternyata berwujud pria tampan, misterius, dan bisa jatuh cinta juga? Tentu akan membingungkan bukan? Ya, tapi hal itu justru yang membuat Meet Joe Black (1998) lain dibanding film bergenre komedi romantis dan fantasi lainnya. Film yang merupakan adaptasi dari film berjudul Death Takes A Holiday (1934) ini menawarkan kisah asmara yang ganjil dan unik sekaligus menarik. Meski memiliki alur cerita yang cukup umum, namun perbedaan persona sosok malaikat yang digunakan dalam film ini membuatnya prominent di antara deretan drama romantis.
William "Bill" Parrish (Anthony Hopkins), seorang pria paruh baya yang sukses secara finansial maupun batin menjadi resah ketika ia semakin sering mendengar suara-suara tak berwujud yang berbicara padanya. Sebagai seorang konglomerat di bidang media massa, Bill tidak merasa kekurangan suatu apapun di usianya yang menjelang 65 tahun. Ia punya dua anak perempuan yang sama sukses dengan dirinya, Allison (Marcia Gay Harden) yang gemar dan ahli merancang pesta dan menikahi pria bodoh dan lugu Quince (Jeffrey Tambor), dan Susan (Claire Forlani) seorang dokter simpatik yang merupakan anak kesayangan Bill. Selain suara-suara misterius itu, ia tak punya masalah apapun.
Bill tak bisa berkata apa-apa ketika mengetahui bahwa suara-suara yang belakangan ini ia dengar adalah suara malaikat pencabut nyawa yang siap menjemputnya. Takut bukanlah kata yang cocok bagi Bill ketika bertemu dengan sang malaikat, ia malah bingung lantaran malaikat itu berwujud manusia, memberinya ekstra usia dengan alasan hidupnya yang inspiratif dan teladan, serta memintanya untuk menjadi pemandu bagi sang malaikat selama "liburannya" di bumi. Tentu saja pemberian dan penawaran malaikat itu bukanlah sesuatu yang dapat dinegosiasikan, sehingga Bill mau tak mau harus menerimanya.
Ketika malaikat berwujud manusia itu diperkenalkan sebagai Joe Black (Brad Pitt) - sebuah nama yang dipilih dengan susah payah - oleh Bill kepada keluarganya, Susan terkejut karena ternyata malaikat itu menggunakan raga seorang pria yang baru saja dikenal Susan, pria yang diam-diam ia kagumi. Perkenalan yang berlangsung kikuk itu mengawali petualangan Joe di bumi, tempat manusia dengan segala nafsu, ambisi, dan egosimenya hidup. Menurut saya, Joe digambarkan lebih mirip orang desa yang baru menjajal kehidupan mewah ketimbang malaikat yang ingin merasakan kehidupan manusia hahaha.
Seiring waktu berjalan, hari-hari terakhir Bill semakin kacau karena sebagai seseorang yang mengetahui sendiri ajalnya akan segera tiba, ia merasa perlu meninggalkan dunia ini sebagaimana ia mulai dulu, terutama masalah perusahaan medianya. Namun, hambatan muncul dari Drew (Jake Weber) yang berambisi untuk memecah-belah kerajaan bisnisnya. Bill juga semakin tertekan ketika melihat kedekatan antara Susan dan Joe. Sebagai putri kesayangan yang selalu dekat dengannya, Bill ingin Susan mendapat pria terbaik sebagai pendampingnya. Tetapi melihat Susan yang mencintai Joe, makhluk gaib berbeda dunia yang sebentar lagi akan pergi bersamanya membuat Bill tidak terima, ia tahu putrinya itu bisa terluka hatinya.
Joe sebagai malaikat pencabut nyawa yang tak pernah merasakan cinta pada makhluk lain menjadi semakin egois dan bernafsu. Ia ingin membawa Susan pula ke alam asalnya, meski belum saatnya Susan meninggalkan dunia fana. Film ini berhasil menyentuh sisi paling emosional ketika Bill dengan putus menjelaskan pada Joe yang berubah menjadi egois bahwa cinta berarti melakukan pengorbanan untuk orang yang dicintai. Maka, untuk pertama kali dalam sejarah eksistensinya, Joe sang Malaikat Pencabut Nyawa merasakan kehampaan, merasakan luapan emosi yang amat dalam ketika menyadari bahwa ia tak bisa bersama Susan.
Jika Anda pecinta drama romantis, film garapan sutradara Martin Brest ini harus ada dalam daftar film yang akan atau telah ditonton. Meski penonton tidak akan mendapat suatu cerita segar, setidaknya pemilihan karakter malaikat dapat membuat film ini lain daripada yang lain. Dari segi aktor dan aktris, Brad Pitt maenurut saya memang cocok memerankan peran Joe ini, dengan wajah tampan, muda, pirang, dan satu hal lagi: kapan lagi Anda bisa melihat Pitt bertopang dagu dengan manis jika bukan di film ini? Hahaha. Ditambah lagi, scoring dari sang maestro Hans Zimmer juga mengiringi cerita manis ini. It's sweet enough, 2.5 stars out of 5. Ada yang punya komentar?
Wach this if you liked:
Director: Alejandro Agresti
Stars: Keanu Reeves, Sandra Bullock, Christopher Plummer
Genre: Fantasy, Romance, Drama
Runtime: 99 minutes
Ketika Kate pindah ke apartemen, tanpa diduga rumah danau yang dulu begitu disukainya menjadi saksi pengalaman hidup dan cinta Kate yang diluar imajinasi siapapun: ia terhubung dengan seorang pria asing yang hidup dua tahun lalu dari waktu masa kini di mana Kate berada...
If Only (2004)
Director: Gil Junger
Stars: Jennifer Love Hewitt, Paul Nicholls, Tom Wilkinson
Genre: Fantasy, Comedy, Drama
Runtime: 92 minutes
Saat kata-kata tak kuasa terucapkan ..
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=hNBSHLmtTrM