Beberapa hari ini, saya sangat senang menonton (baca: marathon) DVD sebuah drama series berjudul Brothers & Sisters. Ya, drama ini memang bukan drama terbaru dan sebenarnya telah berakhir pada musim kelima di tahun 2011 lalu, tetapi kisahnya selalu mengundang saya untuk menonton, menonton, dan menontonnya lagi (saya harus berterima kasih pada sepupu saya yang sudah rela meminjamkan DVD-nya hehehe). Brothers & Sisters memang mirip seperti kebanyakan drama lain yang menceritakan kehidupan keluarga sehari-hari, namun satu hal yang membuat saya tertarik adalah dalam Brothers & Sisters saya seperti sedang melihat sebuah keluarga nyata di mana masing-masing anggota keluarganya membangun hubungan yang bisa dibilang cukup rumit, tetapi mereka menyayangi dan mencintai satu sama lain. Bahkan serial ini seringkali membuat saya teringat beberapa hal kecil atau kejadian lucu yang pernah saya alami sendiri, seperti bertengkar dengan kakak saya, beradu argumen dengan ibu, dan pada akhirnya kembali berbaikan. Saya rasa drama ini dibuat sepenuh hati, dengan ide cerita yang tidak pernah membosankan karena dibuat-buat (sorry to say, seperti kebanyakan sinetron Indonesia sekarang yang ceritanya sengaja dipanjangkan seperti karet yang tidak putus-putus demi menyedot rating) dan yang paling penting bukan hanya sekedar untuk hiburan, drama ini bagi saya menjadi salah satu media berkontemplasi, merenungkan kembali bahwa sebagai makhluk yang menjadi bagian dari sebuah keluarga, membangun hubungan yang saling menghormati, peduli satu sama lain, jujur, dan menjaga komunikasi menjadi penting dalam kehidupan kekeluargaan.
Karakter-karakter dalam Brothers & Sisters unik dan beragam. Cerita di mulai pada musim pertama drama ini di mana Keluarga Walker baru saja ditinggal wafat William Walker, kepala keluarga yang amat dikasihi. Kepergian William membuat semua anggota keluarga Walker yang terdiri dari Nora, Sarah, Kitty, Tommy, Kevin, dan Justin terbenam dalam kegalauan. Kegalauan itu semakin bertambah parah ketika satu rahasia besar William semasa hidupnya terkuak, yaitu bahwa ia memiliki seorang wanita simpanan bernama Holly Harper dan bahkan mereka memiliki seorang putri bernama Rebecca. Selain itu, masing-masing putra dan putri William juga harus berurusan dengan pertengkaran adik dan kakak, kisah cinta yang rumit, dan pekerjaan yang melelahkan. Dalam musim-musim selanjutnya karakter-karakter tersebut menghadapi berbagai macam masalah dan intrik serta diperkenalkannya pasangan-pasangan cinta dari masing-masing karakter. Cerita pun berkembang menjadi begitu dinamis dan mengasyikkan.
Salah satu karakter favorit saya dalam drama ini adalah Nora Walker, ibu dari 5 anak yang berjuang menjaga keharmonisan keluarganya setelah kematian suaminya. Saya harus mengakui bahwa Nora bukanlah sosok ibu yang sempurna, terkadang ia membuat beberapa kebodohan seperti sifatnya yang agak keras kepala (misalnya ketika ia memutuskan bahwa rumah baru keluarga Walker harus direnovasi secara swadaya), selalu ingin mengetahui urusan orang lain, dan terkadang suka mencari perhatian. Namun justru kekurangan dan ketidaksempurnaan itulah yang membuatnya seperti sosok manusia sesungguhnya yang bisa khilaf dan berbuat salah. Jujur, saya jarang menemukan peran seperti ini dalam pertelevisian Indonesia. Di sinetron-sinetron yang tayang di layar kaca kita setiap hari kita disuguhi cerita dengan dua peran kontradiktif: protagonis vs antagonis, lembut vs kasar, baik vs jahat, sempurna vs bajingan total, serba hitam putih dengan garis tegas di tengahnya. Padahal hidup ini penuh dengan warna abu-abu, tidak ada yang benar-benar baik maupun jahat, semua memiliki sisi gelap sebagai bagian dari ketidaksempurnaan manusia juga sisi terang yang berasal dari hati nurani. Sebagai seorang ibu, Nora sangat paham kapan ia diperlukan untuk menasihati, kapan ia diperlukan untuk menjadi teman yang penuh perhatian, kapan ia diperlukan menjadi pendengar, dan tentunya kapan ia diperlukan sebagai ibu yang mengasihi. Sosok ibu seperti Nora bagi saya adalah supermom, ia dilihat bukan dari kesempurnaannya, melainkan dari cinta hatinya yang tulus dan suci.
Satu hal yang saya ilhami dari drama ini adalah bagaimana mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan mengekspresikan kasih sayang kepada mereka. Saya tahu, orang tua tidak perlu ucapan terima kasih secara eksplisit, mereka tetap mencintai dan merawat anak-anak secara ikhlas, tapi menurut saya terkadang hubungan anak dan orang tua tidak begitu mulus, ada beberapa kerikil di tengah jalannya, sehingga satu ungkapan terima kasih dan kasih sayang menjadi penyegar dalam hubungan tersebut.
Dari keseluruhan cerita Brothers & Sisters, musim kelima adalah favorit saya. In this final season, the story evolved into an epic drama, each character got older and they grew up, full of life lessons, and beautifully concluded and ended. Di musim kelima inilah Brothers & Sisters menjadi refleksi sebuah keluarga yang seutuhnya saling memiliki dan membutuhkan. Saya dapat melihat betapa kita perlu mengungkapkan apapun perasaan kita kepada keluarga, menceritakan masalah yang dihadapi, karena berbagi dengan mereka membuat semuanya terasa indah dan hangat, karena keluarga adalah salah satu tempat berlindung teraman di dunia, there's no doubt on that. Saya juga dapat melihat di musim kelima Brothers & Sisters ini bahwa we need to learn to aware that in our lives, there might be people sacrifice for us, we just do'nt realize and see it, so we keep push our ego.
All in all, dengan menonton Brothers & Sisters, saya bisa tertawa, menangis, merenung, dan belajar pada saat yang sama. Bersiaplah bagi Anda yang jauh dari keluarga, karena ketika menonton serial ini perasaan rindu akan suasana rumah dan keriuhan anggota keluarga di dalamnya akan menyergap Anda. Tak heran bila serial ini mendapat empat nominasi Golden Globe, memenagkan empat GLAAD Media Awards, serta memenagkan Emmy Awards untuk Sally Field (Nora Walker). It's very high recomended. Jadi, apakah Anda yang penah juga menonton merasa bahwa Brothers & Sisters adalah refleksi utuh sebuah keluarga? Just sahre it, let me know by comment on this blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar