“Many Worlds, One Island... Don’t be fooled by size. For a tiny island, the Isle of Man packs an extraordinary variety of attractions. Where else would you find working Victorian railways rubbing shoulders with world-class road-racing events? Famous ancient fortresses and the world’s largest water wheel? Fields full of rare orchids and seas rich with wrecks? This is an island steeped in myths and legends but thoroughly modern in outlook; proud of its rich past and optimistic about its future. To visit the Isle of Man is to experience a world of dramatic and unusual contrasts - old and new, town and country, land and sea – all infused with the laid-back warmth and friendliness for which the Island’s people are famous. This section presents a guide to the Island’s chief areas of interest of visitors: Coast, Countryside, Heritage, Culture, Railways and Motorsport. Whatever your passion, your journey is just beginning…” (http://www.isleofman.com/Tourism/IsleofContrasts.aspx)
Begitulah kata demi kata yang tertulis di sebuah situs turisme di internet. Dari kata-katanya, bisa kita lihat bagaimana tempat wisata yang bernama Isle of Man ini begitu antusias mempromosikan pada dunia bahwa mereka memiliki tempat yang bagus untuk dikunjungi. Tapi, jangan salah sangka, saya menulis ini bukan untuk ikut-ikutan juga mempromosikan Isle of Man, sebab saya pun baru tahu ada pulau unik ini ketika tak sengaja suatu hari saya iseng berselancar ria di internet mencari tahu tempat-tempat wisata mancanegara, dan muncullah di situ nama Isle of Man. Awalnya, saya kira pulau yang secara geografis terletak dekat Inggris ini adalah pulau yang diperuntukkan bagi kaum Adam saja (merujuk namanya yang janggal menurut saya. Hahaha...). Yang menarik perhatian saya adalah bendera pulau ini yang ada lambang Triskelionnya (lambang seperti yang ada di merk air mineral Cap Kaki Tiga), karena sebelumnya saya tidak tahu bahwa lambang ini ternyata awalnya diambil dari simbol yang terdapat pada perisai para ksatria yang biasa tergambar di tembikar-tembikar Yunani. Tapi yang membuat saya bingung dan ingin share di sini adalah status politik Isle of Man itu sendiri. Bayangkan, secara geografis, pulau ini sangat dekat dengan Britania Raya, tapi pulau ini tidak dinyatakan bagian dari Britania Raya atau United Kingdom. Dan ternyata, masih banyak lagi daerah-daerah yang berstatus sama dengan Isle of Man. Simak kutipan-kutipan berikut.
“The Isle of Man has the unusual status of being one of the British Isles that is neither part of Great Britain nor the United Kingdom. People born here are known as 'Manx', classified as British (as opposed to English). Despite the steady integration of new residents from other countries, some locals still refer to newcomers as 'comeovers' and England as 'across'.” (http://www.isleofman.com/Tourism/FactFile.aspx)
“Britania Raya yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Great Britain bisa dikatakan merupakan negara federal yang terdiri dari Inggris, Skotlandia dan Wales bersama-sama dengan Irlandia Utara. Keempat negara bagian ini membentuk negara yang disebut sebagai United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland (secara harfiah dalam bahasa Indonesia: "Kerajaan Serikat Britania Raya dan Irlandia Utara"). Dari keempat negara bagian ini, Inggrislah yang paling penting sehingga di Indonesia negara ini disebut dengan nama ini meskipun ini hanyalah sebagian saja. Selain keempat negara bagian ini, Britania Raya juga memuat Pulau Man, Kepulauan Channel seperti Guernsey, Jersey, Alderney dan Sark. Daerah-daerah ini secara pemerintahan bukan bagian dari Britania Raya tetapi mungkin lebih tepat disebut sebagai jajahan meskipun jaraknya sungguh dekat.” (http://id.wikipedia.org/wiki/Britania_Raya)
Isle of Man memiliki sistem pemerintahan tersendiri. Dimulai dengan adanya Tynwald, sebuah parlemen yang berdiri sejak tahun 979 M (banyak yang mengatakan bahwa ini adalah parlemen tertua di dunia). Selain itu, Isle of Man juga memiliki bendera negara, simbol negara, lagu kebangsaan, dan sistem hukum yang berbeda dari Inggris. Namun, yang membuat saya semakin tidak mengerti adalah bahwa status kewarganegaraan penduduk di sana diatur dengan hukum Inggris, sehingga mereka juga diberi kewarganegaraan Inggris, meskipun mereka bukan bagian dari penduduk yang diatur oleh pemerintahan Inggris (ini membuat saya semakin bingung). Hal lainnya (yang juga membuat saya bingung) adalah bahwa Inggris memiliki tanggung jawab terhadap pertahanan dan perlindungan Isle of Man, karena pulau ini tidak memiliki sistem pertahanan mandiri, dan pada forum internasional, Isle of Man diwakilkan oleh Inggris, sementara parlemen di sana mengurusi masalah dalam negeri saja, karena urusan luar negeri sepenuhnya diserahkan pada Inggris. Fyuhhh... semakin bingung saya sama Isle of Man ini. Kalau di antara pembaca ada yang mengerti dan mau kasih komentar tentang pulau unik ini, tolong jelaskan saya ya.
Oke, kita tinggalkan pulau unik Isle of Man yang penuh kerumitan itu, karena sekarang saya akan melanjutkan pada kebingungan saya yang lain, yaitu tentang peristiwa yang terjadi di jagad musik dunia. Meski saya bukan remaja yang tumbuh di akhir tahun 80-an, namun tak sulit untuk mengetahui skandal besar blantika musik internasional kala itu. Milli Vanilli, duo penyanyi asal Jerman yang digawangi Fabrice "Fab" Morvan dan Robert "Rob" Pilatus telah menghebohkan dunia dengan kasus lipsync-nya. Memang sungguh hebat mereka, bisa sekian lama menipu mata para penggemarnya, hingga hit mereka, Girl You Know It's True (1989) terjual 14 juta kopi di seluruh dunia. Tak heran bila saat itu duo Milli Vanilli menjadi salah satu penyanyi Eropa tersukses yang berkarir di Amerika. Mereka melakukan tur, rekaman, wawancara, sampai meraih predikat Best New Artist pada Grammy Award 1990.
Namun, belum sempat mereka memperpanjang daftar prestasi, konflik internal terjadi antara Rob-Fab dengan Frank Farian, sang produser yang konon seharusnya menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas skandal ini. Farianlah yang memiliki "terobosan fantastis" untuk mendapuk Rob dan Fab sebagai penyanyi yang tampil di permukaan sementara ia telah mendapat penyanyi-penyanyi bersuara emas. Ternyata, "terobosan" Farian tak sefantastis yang Rob dan Fab bayangkan. Mereka tak merasa bahagia di tengah gelimang harta dan penghargaan yang mereka raih. Mereka ingin tampil dengan suara dan identitas sendiri.
Meski akhirnya Rob dan Fab mengakui dan menguak semua kebohongannya, bahkan mengembalikan Grammy yang mereka dapatkan, banyak orang akhirnya membenci Milli Vanilli dan segala hal yang berhubungan dengannya. Itulah sebabnya, ketika Farian - yang seakan tak mau rugi dan tak peduli dengan nasib "korban"nya yang sedang mengalami masa-masa sulit menghadapi cercaan masyarakat - kembali berkiprah sebagai produser debgan menyuguhkan para penyanyi asli Milli Vanilli dengan nama The Real Milli Vanilli , masyarakat emoh menerima album bertjuk The Moment of Truth dari kelompok ini.
Kisah selanjutnya, meski masih dihina masyarakat - sampai-sampai Rob sempat melancarkan aksi percobaan bunuh diri - Rob dan Fab berusaha bangkit lagi dengan mengeluarkan album Rob & Fab . Album ini pun gagal di pasaran. Rob akhirnya meninggal dunia akibat penyalahgunaan obat-obatan di sebuah hotel di Frankfurt, Jerman. Sementara Fab, hingga kini masih terus berjuang bangkit lagi dari keterpurukannya dengan mencoba menjadi penyanyi R&B di Amerika.
Nah, yang membuat saya tidak mengerti adalah mengapa Frank Farian mau repot-repot mencari orang lain dan mengambil risiko besar untuk mengorbitkan penyanyi? Padahal bisa saja ia meraih kesuksesan tanpa risiko besar dengan langsung menampilkan para penyanyi asli Milli Vanilli tanpa harus merekrut orang lain.
Mungkin inilah yang menyebabkan tak sedikit orang yang memberikan komentar pembelaan terhadap Rob dan Fab di beberapa situs internet seperti YouTube, karena mereka tahu, yang menjadi dalang dari semua ini adalah Frank Farian. Jadi, ada yang punya komentar juga?
“The Isle of Man has the unusual status of being one of the British Isles that is neither part of Great Britain nor the United Kingdom. People born here are known as 'Manx', classified as British (as opposed to English). Despite the steady integration of new residents from other countries, some locals still refer to newcomers as 'comeovers' and England as 'across'.” (http://www.isleofman.com/Tourism/FactFile.aspx)
“Britania Raya yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris Great Britain bisa dikatakan merupakan negara federal yang terdiri dari Inggris, Skotlandia dan Wales bersama-sama dengan Irlandia Utara. Keempat negara bagian ini membentuk negara yang disebut sebagai United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland (secara harfiah dalam bahasa Indonesia: "Kerajaan Serikat Britania Raya dan Irlandia Utara"). Dari keempat negara bagian ini, Inggrislah yang paling penting sehingga di Indonesia negara ini disebut dengan nama ini meskipun ini hanyalah sebagian saja. Selain keempat negara bagian ini, Britania Raya juga memuat Pulau Man, Kepulauan Channel seperti Guernsey, Jersey, Alderney dan Sark. Daerah-daerah ini secara pemerintahan bukan bagian dari Britania Raya tetapi mungkin lebih tepat disebut sebagai jajahan meskipun jaraknya sungguh dekat.” (http://id.wikipedia.org/wiki/Britania_Raya)
Isle of Man memiliki sistem pemerintahan tersendiri. Dimulai dengan adanya Tynwald, sebuah parlemen yang berdiri sejak tahun 979 M (banyak yang mengatakan bahwa ini adalah parlemen tertua di dunia). Selain itu, Isle of Man juga memiliki bendera negara, simbol negara, lagu kebangsaan, dan sistem hukum yang berbeda dari Inggris. Namun, yang membuat saya semakin tidak mengerti adalah bahwa status kewarganegaraan penduduk di sana diatur dengan hukum Inggris, sehingga mereka juga diberi kewarganegaraan Inggris, meskipun mereka bukan bagian dari penduduk yang diatur oleh pemerintahan Inggris (ini membuat saya semakin bingung). Hal lainnya (yang juga membuat saya bingung) adalah bahwa Inggris memiliki tanggung jawab terhadap pertahanan dan perlindungan Isle of Man, karena pulau ini tidak memiliki sistem pertahanan mandiri, dan pada forum internasional, Isle of Man diwakilkan oleh Inggris, sementara parlemen di sana mengurusi masalah dalam negeri saja, karena urusan luar negeri sepenuhnya diserahkan pada Inggris. Fyuhhh... semakin bingung saya sama Isle of Man ini. Kalau di antara pembaca ada yang mengerti dan mau kasih komentar tentang pulau unik ini, tolong jelaskan saya ya.
Oke, kita tinggalkan pulau unik Isle of Man yang penuh kerumitan itu, karena sekarang saya akan melanjutkan pada kebingungan saya yang lain, yaitu tentang peristiwa yang terjadi di jagad musik dunia. Meski saya bukan remaja yang tumbuh di akhir tahun 80-an, namun tak sulit untuk mengetahui skandal besar blantika musik internasional kala itu. Milli Vanilli, duo penyanyi asal Jerman yang digawangi Fabrice "Fab" Morvan dan Robert "Rob" Pilatus telah menghebohkan dunia dengan kasus lipsync-nya. Memang sungguh hebat mereka, bisa sekian lama menipu mata para penggemarnya, hingga hit mereka, Girl You Know It's True (1989) terjual 14 juta kopi di seluruh dunia. Tak heran bila saat itu duo Milli Vanilli menjadi salah satu penyanyi Eropa tersukses yang berkarir di Amerika. Mereka melakukan tur, rekaman, wawancara, sampai meraih predikat Best New Artist pada Grammy Award 1990.
Namun, belum sempat mereka memperpanjang daftar prestasi, konflik internal terjadi antara Rob-Fab dengan Frank Farian, sang produser yang konon seharusnya menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas skandal ini. Farianlah yang memiliki "terobosan fantastis" untuk mendapuk Rob dan Fab sebagai penyanyi yang tampil di permukaan sementara ia telah mendapat penyanyi-penyanyi bersuara emas. Ternyata, "terobosan" Farian tak sefantastis yang Rob dan Fab bayangkan. Mereka tak merasa bahagia di tengah gelimang harta dan penghargaan yang mereka raih. Mereka ingin tampil dengan suara dan identitas sendiri.
Meski akhirnya Rob dan Fab mengakui dan menguak semua kebohongannya, bahkan mengembalikan Grammy yang mereka dapatkan, banyak orang akhirnya membenci Milli Vanilli dan segala hal yang berhubungan dengannya. Itulah sebabnya, ketika Farian - yang seakan tak mau rugi dan tak peduli dengan nasib "korban"nya yang sedang mengalami masa-masa sulit menghadapi cercaan masyarakat - kembali berkiprah sebagai produser debgan menyuguhkan para penyanyi asli Milli Vanilli dengan nama The Real Milli Vanilli , masyarakat emoh menerima album bertjuk The Moment of Truth dari kelompok ini.
Kisah selanjutnya, meski masih dihina masyarakat - sampai-sampai Rob sempat melancarkan aksi percobaan bunuh diri - Rob dan Fab berusaha bangkit lagi dengan mengeluarkan album Rob & Fab . Album ini pun gagal di pasaran. Rob akhirnya meninggal dunia akibat penyalahgunaan obat-obatan di sebuah hotel di Frankfurt, Jerman. Sementara Fab, hingga kini masih terus berjuang bangkit lagi dari keterpurukannya dengan mencoba menjadi penyanyi R&B di Amerika.
Nah, yang membuat saya tidak mengerti adalah mengapa Frank Farian mau repot-repot mencari orang lain dan mengambil risiko besar untuk mengorbitkan penyanyi? Padahal bisa saja ia meraih kesuksesan tanpa risiko besar dengan langsung menampilkan para penyanyi asli Milli Vanilli tanpa harus merekrut orang lain.
Mungkin inilah yang menyebabkan tak sedikit orang yang memberikan komentar pembelaan terhadap Rob dan Fab di beberapa situs internet seperti YouTube, karena mereka tahu, yang menjadi dalang dari semua ini adalah Frank Farian. Jadi, ada yang punya komentar juga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar